Malaga: Kota yang Bertahan Hingga Akhir (Serial Perjalanan Andalusia #3)
Sejarah mencatat, Malaga adalah salah satu kota yang paling sulit ditaklukkan saat Reconquista.

Dibandingkan Granada dengan kemegahan Alhambra atau Córdoba dengan Mezquita-Cathedral yang ikonik, Malaga memang tidak memiliki peninggalan semegah itu. Di sini, hanya ada dua benteng berlapis—Alcazaba dan Gibralfaro—dengan kompleks istana Nashrid yang ukurannya jauh lebih kecil.
Namun, yang membuat Malaga begitu berkesan bagi kami adalah kisah sejarah perjuangannya. Kisah yang tidak ada di audio guide dan tidak dipamerkan juga dalam museumnya. Meski, saya curi-curi dengar, ada juga tour guide yang mengisahkannya.
Kota yang Bertahan Paling Lama
Sejarah mencatat, Malaga adalah salah satu kota yang paling sulit ditaklukkan saat Reconquista. Pengepungan berlangsung selama empat bulan penuh, dengan strategi pemutusan total akses makanan dan obat-obatan. Penduduk kota dibiarkan kelaparan, penyakit menyebar, dan harapan hidup semakin menipis sebelum akhirnya kota ini jatuh ke tangan Monarki Katolik Spanyol.
Ketika berdiri di atas menara benteng Gibralfaro, saya bisa melihat batas-batas kota Malaga yang masih jelas. Dari sana, saya membayangkan betapa pilunya nasib rakyat sipil yang terperangkap dalam kota yang terkepung, berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi yang semakin memburuk.
Mengapa Malaga Begitu Keras Kepala?
Saya bertanya-tanya, mengapa kota ini begitu teguh mempertahankan diri? Atau, jika dilihat dari sudut pandang musuhnya, mengapa mereka begitu keras kepala?
Dari sisi strategis, Malaga memang sangat penting. Kota ini memiliki pelabuhan yang menjadi penghubung utama perdagangan antara Andalusia dan dunia luar, terutama Afrika Utara. Jika pelabuhan ini jatuh, ekonomi Andalusia akan lumpuh.
Selain itu, Malaga adalah satu-satunya harapan terakhir untuk mendapatkan bala bantuan dari kerajaan Islam di Afrika Utara, atau bahkan Kesultanan Ottoman di Turki. Namun, bantuan itu tak pernah datang.

Di titik itu, Reconquista sudah berlangsung selama beberapa abad. Malaga adalah salah satu benteng pertahanan terakhir sebelum Granada—sisa terakhir kekuasaan Muslim di Andalusia. Wajar jika penduduknya berjuang mati-matian, karena mereka tahu bahwa jika Malaga jatuh, Granada hanya tinggal menunggu waktu. Dan memang itulah yang terjadi, tak sampai 5 tahun kemudian, Garanda takluk.
Bertahan Hingga Akhir, Menepati Janji
Perlawanan yang keras ini berakhir dengan konsekuensi no mercy. Berbeda dengan kota lain yang menyerah melalui perjanjian, Malaga jatuh karena ditaklukkan dengan kekerasan. Hasilnya, rakyatnya tidak mendapat perlakuan yang "lunak". Banyak sekali yang diperbudak dan dieksekusi. Yang cukup "lunak" adalah diusir dari kota, itu pun hanya untuk orang-orang tertentu.
Kita bisa saja memperdebatkan strategi politik dan militer yang mereka pilih. Namun satu hal yang pasti: mereka telah berjuang dengan segala yang mereka miliki. Dan perjuangan itu telah tercatat sebagai bagian dari sejarah—dan sebagai amal di sisi-Nya.
Menutup kisah ini, saya teringat dengan sebuah ayat dalam Al-Qur’an,
مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌۭ صَدَقُوا۟ مَا عَـٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًۭا
"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)." (Surah Al-Ahzab: 23)
Tambahin video nya juga dong biar makin jelas biar kami orang awam punya pengetahuan yang luas