Kembalinya Islam ke Granada (Serial Perjalanan Andalusia #1)
Menelusuri jalan-jalan Granada hingga Masjid Mayor, kami menemukan kisah menarik tentang kembalinya Islam setelah 500 tahun
Perjalanan menuju Masjid Mayor Granada membawa kami melintasi gang-gang sempit di distrik Albaicín, duduk di dalam minibus kecil yang mirip angkot. Kota ini tenang tapi menyimpan sejarah panjang.
Turun dari minibus, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menapaki anak tangga di gang-gang sempit. Di tengah perjalanan, seorang wanita Spanyol menyapa kami.
"Mau ke masjid?"
"Ya," jawab kami.
"Saya juga."
Obrolan singkat mengalir. Dia berasal dari Barcelona dan baru beberapa minggu pindah ke Granada. Ternyata dia seorang mualaf yang telah 15 tahun memeluk Islam. Ada rasa ingin tahu dalam diri saya—apa yang membawanya menemukan Islam? Sayangnya, waktu kami terbatas. Dia mengantarkan kami hingga pelataran masjid lalu masuk ke dalam masjid.





Di halaman masjid, kami melihat QR code yang mengarah ke sebuah artikel tentang sejarah masjid ini. Ternyata, masjid ini baru berdiri tahun 2003. Sebelumnya, setelah kejatuhan Dinasti Nasrid pada 1492, Islam benar-benar dihapus dari Granada. Masjid-masjid besar dihancurkan atau diubah menjadi gereja, termasuk masjid utama yang kini menjadi Katedral Granada.
Tak hanya itu, pasca penaklukan Granada yang merupakan pamungkas dari Reconquista, Muslim dihadapkan pada dua pilihan: masuk Katolik atau meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609, umat Islam secara resmi diusir dari Spanyol, menandai lebih dari 394 tahun tanpa masjid di Granada.
Kembalinya Islam ke Granada
Pada 20 November 1975, malam kematian diktator Spanyol Francisco Franco, tiga pemuda Spanyol di Portobello Road, London, mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an. Karena tertarik dan ingin tahu, mereka kembali keesokan harinya, bertemu komunitas Muslim Inggris, dan akhirnya masuk Islam.
Pada 1981, mereka membeli tanah untuk membangun masjid di Granada, tetapi hambatan birokrasi dan sosial membuat proyek tertunda selama 20 tahun.
Akhirnya, pada 10 Juli 2003, setelah 28 tahun sejak menjadi mualaf di London, Masjid Mayor Granada resmi dibuka. Ini menjadi masjid pertama di Granada setelah lebih dari 500 tahun tanpa masjid di kota ini. Menariknya, ketua yayasan masjid ini merupakan putra dari salah satu tiga mualaf yang diceritakan sebelumnya.





Tapi Allah Tetap Menyempurnakan Cahaya-Nya
Kini, Masjid Mayor Granada bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol bahwa Islam kembali hadir di kota yang pernah menjadi pusat peradaban Islam. Di halaman masjid, saya terdiam sejenak. Sambil menyeruput teh mint khas Maroko dan memandangi Alhambra dari pelataran masjid, saya merenungkan perjalanan panjang Islam di tanah ini.
Siapa yang menyangka bahwa Islam, yang dulu berusaha mereka hapus hingga ke akar-akarnya dari Spanyol, kini menemukan jalannya kembali dan bersinar dengan cara yang tak terduga. Sungguh, skenario Allah selalu lebih agung dari rencana manusia.
Betapa benar firman Allah:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَـٰفِرُونَ
"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya."
(QS. As-Saff: 8)
Datangnya Islam dan hidayah melalui pintu-pintu yang tidak pernah kita sangka, semakin meyakinkan kita bahwa ia (Islam) adalah dari Allah SWT, Dia yang menurunkan dan menjaganya, hingga nubuwat Rasulullah SAW terbukti, Islam akan datang kepada setiap rumah di timur dan di barat.