Sabar, Shalat, dan Perjumpaan dengan Allah
Tadabbur QS Al-Baqarah ayat 45-46; Sabar dan shalat adalah kunci menghadapi ujian hidup, namun hanya ringan bagi hati yang khusyuk—yaitu mereka yang yakin akan perjumpaan dengan Allah.
Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 45-46:
وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَـٰشِعِينَ ٤٥
(45) Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ ٤٦
(46) (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhan-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Tafsir Ringkas
Allah memberikan petunjuk tentang bagaimana menghadapi cobaan hidup, yaitu dengan bersabar dan menegakkan shalat. Shalat disebut secara khusus karena memiliki nilai yang sangat tinggi dalam ajaran Islam.
Ada pendapat yang menyebutkan bahwa perintah ini awalnya ditujukan kepada kaum Yahudi yang enggan menerima kebenaran karena sifat tamak dan keinginan mempertahankan posisi mereka. Oleh karena itu, mereka diperintahkan untuk bersabar—yang dalam hal ini diartikan sebagai berpuasa—karena puasa mampu menekan hawa nafsu dan sifat rakus. Sementara itu, shalat berperan dalam menanamkan ketundukan dan mengikis sifat sombong.
Meski demikian, sabar dan shalat adalah ibadah yang terasa berat bagi mereka yang hatinya tidak khusyuk, yakni orang-orang yang tidak sungguh-sungguh tunduk pada kehendak Allah. Hanya mereka yang benar-benar meyakini adanya pertemuan dengan Tuhan di hari akhir dan sadar bahwa mereka akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan segala amal, yang mampu menjalaninya dengan sepenuh hati.
Dari kedua ayat ini, ada beberapa hal yang bisa kita refleksikan:
Refleksi #1 — Saat Hidup Sulit, Ke Mana Kita Meminta Pertolongan? 🙏🌧️
Refleksi #2 — Khusyuk atau Terjebak Dunia? 🧘♂️💼
Refleksi #3 — Apa yang Sebenarnya Menggerakkan Kita? 🧭✨
Aplikasi dalam kehidupan 🛠️📌
Mari kita dalami satu per satu.
Refleksi #1 — Saat Hidup Sulit, Ke Mana Kita Meminta Pertolongan?
Firman Allah, وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ — "Dan mintalah pertolongan dengan kesabaran dan shalat" — menegaskan bahwa setiap ujian hidup menuntut kekuatan mental dan spiritual. Kesabaran mencerminkan keteguhan dalam berusaha, menahan diri dari maksiat, serta menerima takdir dengan lapang. Sedangkan shalat memperkuat koneksi dengan Allah, menjadi tempat bersandar, dan ruang untuk tunduk serta memohon pertolongan-Nya.
Ayat ini mengajarkan bahwa jalan keluar dari kesulitan bukan hanya melalui ikhtiar lahiriah, tetapi juga melalui kekuatan batin: sabar dan shalat.
Refleksi #2 — Khusyuk atau Terjebak Dunia?
Firman Allah, وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ — "Dan sungguh, hal itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk" — menyoroti bahwa shalat dan kesabaran bukan perkara ringan, terutama bagi hati yang terpaut pada dunia.
Bagi mereka yang meyakini kehidupan akhirat, shalat dan sabar menjadi lebih mudah karena mereka memahami makna di baliknya. Sebaliknya, orang yang terlalu mencintai dunia akan merasa terbebani oleh ibadah, pikirannya sempit, dan jiwanya gelisah.
Ayat ini mengingatkan bahwa ketundukan hati adalah kunci untuk membebaskan diri dari beban dunia dan meraih kedamaian sejati.
Refleksi #3 — Apa yang Sebenarnya Menggerakkan Kita?
Dalam firman Allah, يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ — "meyakini bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhannya" — kata يَظُنُّونَ bermakna yakin, bukan sekadar prasangka. Ini menandakan bahwa keyakinan terhadap hari akhir adalah kekuatan pendorong utama dalam beramal.
Kesadaran bahwa setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah mendorong kita untuk beramal dengan penuh kesungguhan dan niat yang lurus. Motivasi hidup seorang mukmin bukan hanya dunia, tetapi perjumpaan dengan Rabb-nya.
Apakah kita sudah menjadikan akhirat sebagai tujuan utama dari setiap langkah?
Aplikasi dalam Kehidupan
Beberapa ide tentang bagaimana kita bisa mengaplikasikan pelajaran dari ayat ini dalam kehidupan kita, diantaranya:
Membangun rutinitas shalat tepat waktu dan lebih khusyuk, dengan memahami makna bacaan shalat dan memperbaiki konsentrasi selama ibadah.
Melatih kesabaran secara sadar, terutama saat menghadapi kesulitan, kemacetan, kritik, atau kekecewaan — dengan menahan reaksi negatif dan bersikap tenang.
Menjadikan dzikir dan doa sebagai bagian dari solusi masalah, bukan hanya mengandalkan upaya duniawi. Misalnya, membaca doa setelah shalat atau saat merasa gelisah.
Mengurangi keterikatan pada dunia (misalnya, terlalu fokus pada materi atau validasi sosial), dengan cara memperbanyak sedekah, hidup lebih sederhana, dan merenungi tujuan hidup.
Membiasakan muhasabah harian, misalnya sebelum tidur, dengan menanyakan pada diri sendiri: “Apakah hari ini aku lebih dekat kepada Allah?” atau “Apakah aku beramal karena dunia atau akhirat?”
Latih self-talk yang positif: Sadari narasi dalam pikiranmu. Ganti “Aku gagal” jadi “Aku sedang belajar.” Resilien dimulai dari cara bicaramu ke diri sendiri.
Pelajari psikologi resilience modern. Buku bagus: The Resilience Factor (Karen Reivich & Andrew Shatté) — bahas keterampilan mental untuk bangkit, seperti fleksibilitas kognitif & optimisme realistis.
Pelajari kisah-kisah tokoh yang tahan uji: Seperti Nabi Yusuf, Nabi Ayyub, atau sahabat seperti Bilal dan Khabbab. Baca dari Qashashul Anbiya’, atau sirah nabawiyah — sangat menguatkan hati.
Pelajari manajemen emosi dan stres. Bisa lewat pelatihan atau buku seperti Emotional Agility (Susan David) — ini bantu kita mengelola emosi tanpa menghindarinya.
Penutup
Sebagai penutup, ayat-ayat dalam QS Al-Baqarah 45-46 bukan sekadar bacaan yang kita lewati saat tilawah, melainkan petunjuk hidup yang sangat relevan dalam setiap fase kehidupan—terutama ketika kita berada dalam kesulitan. Allah tidak hanya memerintahkan kita untuk sabar dan shalat, tapi juga mengajarkan bahwa kekuatan batin, ketundukan hati, dan keyakinan pada kehidupan akhirat adalah fondasi utama dalam menghadapi tantangan dunia. Refleksi dan aplikasi yang telah kita bahas semoga menjadi awal dari perubahan nyata: dari sekadar tahu menjadi paham, dari paham menjadi sadar, dan dari sadar menjadi amal. Semoga kita termasuk dalam golongan yang khusyuk, yang selalu kembali kepada-Nya dengan hati yang tenang dan jiwa yang kuat.
Referensi
Tafsir Ar-Razi, Mafatih Al-Ghaib
Tafsir Buya Hamka, Al-Azhar
Dr. Mustafa Khattab, The Clear Quran
Tafsir Jalalain
Terjemah Al-Quran Kementerian Agama RI