Bayangkan, sekelompok jin mendengarkan Al-Qur'an yang dibaca Rasulullah ﷺ saat salat subuh. Dari sekian banyak hal yang bisa mereka katakan, yang terlintas pertama kali di benak mereka adalah kekaguman: "Menakjubkan."
قُلۡ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ ٱسۡتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَقَالُوٓاْ إِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡءَانًا عَجَبًا
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an yang kubaca).” Lalu, mereka berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan.” (QS Al-Jinn: 1)
Tafsir
Disarikan dari Tafsir Buya Hamka, Baidhawi, dan Ar-Razi:
Sekelompok kecil jin (نَفَرٌ/nafar) mendengarkan bacaan Rasulullah ﷺ. Mereka menemukan sesuatu yang melampaui pengetahuan mereka dalam Al-Qur'an. Kekaguman mereka yang diungkapkan dalam frasa "قُرۡءَانًا عَجَبًا" (bacaan yang menakjubkan) mencerminkan tiga dimensi: keindahan linguistik yang melampaui kemampuan manusia dan jin, kandungan spiritual yang menyentuh fitrah, dan argumen-argumen logis yang meyakinkan.
Peristiwa ini juga mengajarkan tentang universalitas pesan Al-Qur'an — jika makhluk dari dimensi lain bisa tersentuh oleh pesannya, bagaimana mungkin kita sebagai manusia tidak berusaha menggali makna-maknanya lebih dalam?
Refleksi #1 — Memaknai dengan Syukur
Apa yang sebenarnya menakjubkan bagi mereka? Jawabannya ada dalam lanjutan ayatnya:
يَهۡدِىٓ إِلَى ٱلرُّشۡدِ فَـَٔامَنَّا بِهِۦ ۖ وَلَن نُّشۡرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَدًا
"Yang memberi petunjuk pada kebenaran, sehingga kami pun beriman padanya, dan tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami." (QS Al-Jinn: 2)
Kekaguman mereka bukan hanya karena keindahan suara atau sastranya, tetapi pada pesan mendalamnya: petunjuk kepada kebenaran. Sebuah cahaya di tengah gelapnya kebingungan. Dan perhatikan, mereka hanya mendengar sebagian kecil dari Al-Qur'an—sedikit, tapi cukup untuk menumbuhkan keimanan.
Jika kita tersesat di jalan dan kemudian menemukan papan petunjuk jalan, kita akan merasa bahagia dan bersyukur telah menemukan petunjuk itu. Kita pun akan berusaha mengikuti yang diarahkan oleh petunjuk jalan tersebut.
Al-Quran adalah Firman Allah, bukan sembarang teks. Hayati bahwa ayat demi ayatnya diturunkan seolah-olah khusus untuk kita. Syukuri kenyataan bahwa kita diberikan kesempatan untuk membaca Al-Quran, sebuah petunjuk yang dapat menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan akhirat, yang tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu.
Refleksi #2 — Memahami dan Merenungkan
Membaca dan menghafal Al-Qur'an adalah amal yang mulia, dan banyak keutamaan yang dijanjikan bagi yang mengamalkannya.
Tetapi, mari kita coba melengkapi ibadah itu dengan juga berusaha memahami maknanya dan merenungi pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, interaksi kita dengan Al-Qur'an menjadi lebih utuh: tidak hanya menikmati keindahan bacaannya, tetapi juga mendapatkan petunjuk dari kandungannya.
Jika belum mampu membaca teks Arabnya, mulailah dengan terjemahan. Jika memungkinkan, tambahkan dengan tafsir. Semakin dalam kita menyelami, semakin kita merasakan keajaibannya.
Refleksi #3 — Kisah Inspiratif
Kita sering mendengar kisah mereka yang belum mengenal Islam, tapi setelah membaca beberapa ayat Al-Qur'an, menemukan hidayah. Begitu kuatnya pesan Al-Qur'an sehingga sepenggal saja bisa mengubah hati.
Salah satu kisah yang menginspirasi datang dari seseorang yang lahir dalam keluarga atheis dan akhirnya menemukan Islam. Dalam sebuah video di YouTube (Born In Atheist Family And Converted To Islam! - Interesting Story!), ia menceritakan bagaimana hidupnya berubah setelah secara tidak sengaja membaca terjemahan Surah Al-Fatihah. Ia tak pernah tahu tentang Islam sebelumnya, tetapi saat membaca arti dari ayat-ayat itu, hatinya tiba-tiba tersentuh. Ia mengaku menangis seperti bayi, merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya. Itu menjadi awal dari perjalanannya menuju Islam.
Kisah ini mengingatkan kita akan kekuatan Al-Qur'an yang luar biasa. Bahkan hanya beberapa ayat yang dipahami dengan hati yang terbuka bisa membawa perubahan besar dalam hidup seseorang.
Langkah Praktis
Langkah-langkah Praktis Menjalin Kedekatan dengan Al-Qur'an:
Khususkan waktu berinteraksi dengan Al-Qur’an setiap hari
Tetapkan waktu khusus setiap hari, meski hanya 10-15 menit
Konsistensi lebih utama daripada kuantitas
Untuk setiap waktu yang dikhususkan tadi, bagi waktu secara proporsional untuk:
Tilawah (membaca)
Memahami (membaca terjemah atau tafsir ringkas)
Merenungkan (refleksi dan kontekstualisasi)
Menghafal
Dalam merenungkan ayat-ayat Qur’an:
Hubungkan ayat yang dibaca dengan realitas kehidupan sehari-hari
Renungkan: "Apa yang Allah ingin sampaikan kepada saya melalui ayat ini?"
Penutup
Dengan pendekatan yang terstruktur namun tetap menjaga kekhusyukan, interaksi kita dengan Al-Qur'an akan menjadi lebih bermakna dan transformatif dalam kehidupan sehari-hari.
Terimakasih atas penjabarannya tadi makin senang untuk belajar lebih banyak lagi tentang Alquran
Wallahu 'alam