Doa ini adalah ungkapan Rasulullah SAW ketika menerima perintah berhijrah dari Mekah ke Madinah. Sebuah permohonan, agar hijrahnya menjadi mulia—masuk ke Madinah dengan kehormatan, meninggalkan Mekah juga dengan kehormatan, dan ditopang oleh kekuatan dari Allah untuk menyelesaikan misi besar dakwah.
وَقُل رَّبِّ أَدۡخِلۡنِى مُدۡخَلَ صِدۡقٍ وَأَخۡرِجۡنِى مُخۡرَجَ صِدۡقٍ وَٱجۡعَل لِّى مِن لَّدُنكَ سُلۡطَٰنًا نَّصِيرًا
"Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong."
(QS Al-Isra: 80)
Tafsir
"Masukkanlah aku dengan masuk yang benar dan keluarkanlah aku dengan keluar yang benar."
Maksudnya, orang-orang kafir Mekah berusaha mengusirnya dari Mekah. Maka, ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk berhijrah ke Madinah dan berfirman kepadanya:
"Dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke tempat masuk yang benar'—yaitu Madinah—'dan keluarkanlah aku ke tempat keluar yang benar'“—yaitu Mekah.
"Dan jadikanlah untukku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong."
Yakni, hujjah (argumen) yang membantuku melawan orang yang menentangku atau kekuasaan yang memenangkan Islam atas kekufuran.
Refleksi #1 — Hidup Adalah Buku dengan Bab-Bab yang Saling Tersusun
Sekilas, ayat ini memang erat dengan konteks peristiwa hijrah. Tapi maknanya tak berhenti di sana. Ayat ini mengandung pelajaran mendalam tentang siklus hidup manusia: masuk, berproses, lalu keluar.
Bayangkan hidup sebagai sebuah buku besar. Setiap bab memiliki awal, tengah, dan akhir. Selesainya satu bab menandakan awal yang baru.
Kita lahir ke dunia (memasuki bab kehidupan), tumbuh dan menjalani hidup (berproses), lalu suatu hari meninggal (keluar). Tapi itu bukan akhir, melainkan pintu menuju babak berikutnya: kehidupan akhirat.
Dalam skala yang lebih kecil, pola ini terus berulang. Dalam pendidikan, kita masuk ke jenjang tertentu—TK, SD, SMP, SMA, lalu kuliah—kemudian kita lulus. Dalam karier, kita masuk ke tempat kerja baru, belajar, bertumbuh, dan kemudian pindah. Dalam kehidupan bermasyarakat atau berkeluarga, ada momen datang, ada momen pergi.
Doa ini mengajarkan kita agar dalam setiap bab kehidupan, kita masuk dengan baik, menjalani prosesnya dengan niat yang lurus, lalu keluar dengan kehormatan. Dengan itu, kita bukan hanya sekadar hidup, tapi meraih prestasi dan makna. Seperti pepatah, "datang tampak muka, pergi tampak punggung."
Refleksi #2 — Optimisme Menatap Kedepan
Perhatikan urutannya. Allah memulai dengan "masuk secara terhormat," baru menyebut "keluar secara terhormat." Ini adalah seruan untuk optimis memandang masa depan, untuk menatap bab berikutnya lebih dulu, tanpa mengabaikan tanggung jawab di bab yang sedang dijalani.
Refleksi #3 — Kerendahan Diri di Hadapan Allah
Bagian terakhir dari doa ini adalah permohonan untuk mendapatkan sulthanan nashira, kekuatan penolong dari sisi Allah. Ini mencerminkan sikap rendah hati. Seberapa pun usaha kita, sekuat apa pun rencana yang kita buat, pada akhirnya kehormatan dan kesuksesan adalah anugerah dari Allah.
Kita diingatkan untuk tidak merasa cukup dengan kekuatan diri. Semua daya upaya kita hanya berarti jika Allah meridhoi dan menolong. La hawla wa la quwwata illa billah.
Doa ini adalah pengingat bahwa hidup adalah serangkaian bab yang harus dilalui dengan kehormatan, keyakinan akan masa depan, dan ketergantungan penuh kepada Allah. Hidup itu proses. Dan setiap proses hanya berarti jika mengarah kepada-Nya.
Referensi
Tafsir Ar-Razi, Mafatih Al-Ghaib
Tafsir Al-Baidhawi, Anwar At-Tanzil wa Asrar At-Ta’wil